Tips Kesehatan : Semua Pasien Asma Belum Tertangani

Posted by Diana Yusuf on Wednesday, April 28, 2010

Meski kontrol asma merupakan cara efektif untuk meningkatkan kualitas hidup penderita namun kenyataannya hampir seluruh pasien asma kondisinya belum terkontrol atau tertangani secara baik dan benar. "Kurang dari lima pasien asma dengan asma terkontrol atau dapat dikatakan hampir seluruh pasien belum terkontrol," kata Ketua Umum Dewan Asma Indonesia (DAI) Prof. Faisal Yunus, PhD. Hal itu, menurut dia, antara lain terjadi karena tingkat pengetahuan masyarakat tentang pengontrolan asma masih rendah dan belum banyak dokter di tingkat pelayanan primer yang belum menguasai penanganan asma standar.

"Konsep penanganan asma masih berorientasi pada pengobatan gejala atau serangan asma, bukan pada pencegahan agar serangan tersebut dapat ditekan bahkan dihilangkan atau yang didefinisikan sebagai kontrol asma," jelasnya. Penanganan pasien asma jangka panjang pun belum banyak diterapkan padahal, menurut dia, pengobatan asma harus dilakukan jangka panjang agar penderita asma dapat menjalani hidup secara normal. Ia mengatakan, kondisi yang demikian menyebabkan angka kematian akibat penyakit yang hingga kini belum bisa disembuhkan itu semakin tinggi.

Oleh karena itu, ia melanjutkan, DAI mengadakan pelatihan asma untuk paramedis agar para perawat bisa membantu dokter memberikan informasi secara awam kepada pasien asma. DAI, kata dia, juga sedang menyusun buku pedoman penanganan asma sederhana sesuai karakteristik asma di Indonesia dengan mengacu pada rekomendasi penata laksanaan asma Global Initiative for Asthma (GINA). Lebih lanjut dijelaskan pula bahwa asma seorang penderita dikatakan terkontrol jika yang bersangkutan tidak mengalami gejala pada siang dan malam hari, aktivitasnya tidak terhambat karena asma, fungsi parunya normal, tidak menggunakan pelega dan tidak lagi berkunjung ke Unit Gawat Darurat karena serangan asma. Penyakit ini bisa dikontrol dengan penanganan dan pengobatan secara baik dan benar. Menurut beberapa penelitian terakhir, terapi kombinasi obat bronkodilator/pelega jangka panjang dan obat pengontrol dalam satu kemasan inhalasi memberikan hasil perbaikan gejala asma dibandingkan obat pengontrol tunggal dosis tinggi.

Cara pengobatan ini terbukti memberi keuntungan perbaikan faal paru dan penurunan gejala asma yang mengurangi kedaruratan asma. Namun harga obat pengontrol atau inhalasi tersebut cukup mahal.

Tentang Asma
Asma didefinisikan sebagai penyempitan saluran pernapasan yang bervariasi dan terjadinya proses peradangan pada saluran pernapasan.
Pada penderita asma, udara yang masuk melalui pernapasan sulit masuk ke dalam bronkus karena jalan napas tersebut menyempit akibat kontraksi otot-otot polos saluran napas, membengkaknya permukaan membran, dan produksi lendir yang berlebihan atau campuran ketiga hal tersebut.
Akibatnya, penderita menjadi susah bernafas, dan kalaupun bernafas akan menimbulkan suara karena udara dipaksa keluar melalui saluran bronkus yang sempit tersebut.
Penyebab penyakit ini belum diketahui secara pasti namun beberapa faktor diketahui menjadi pencetus timbulnya penyakit tersebut termasuk di antaranya makanan (seperti susu, telur, dan ikan), obat-obatan (seperti aspirin dan penicilin), debu industri, uap, asap, perubahan cuaca, polusi udara, kegiatan fisik, emosi, kelelahan, dan infeksi (terutama pilek, bronkitis, dan tonsilitis).
Angka kejadian penyakit asma di Indonesia diperkirakan 5% dari seluruh populasi atau sekitar 12,5 juta jiwa. Penyakit ini termasuk dalam sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia.